Desa Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali dengan lokasi yang sangat strategis. Saat ini telah terkenal dengan sebutan Desa Tradisional, dimana sesuai dengan sebutan tersebut, wisatawan yang berkunjung ke desa yang unik ini akan menemukan beberapa objek yang sangat menarik. Beberapa bangunan yang sangat istimewa yang terdapat di Desa Penglipuran, bangunan dengan ketegori kuno atau klasik ini adalah Angkul-angkul atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan pintu gerbang, dimana terbuat serupa antara satu pintu gerbang dengan pintu gerbang lainya.

Sejarah Desa Adat Penglipuran

Setiap daerah atau desa tentu mempunyai lintasan sejarah, di mana biasanya tertulis dalam suatu lontar-lontar, babad-babad, prasasti dan lain-lain. Demikian juga halnya terhadap Desa Adat Penglipuran, memiliki lintasan sejarah tersendiri. Desa Adat Penglipuran yang merupakan salah satu lingkungan dari Kelurahan Kubu penduduknya sebagian besar berasal dari Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani Kabupaten Dati II Bangli.
Pada jaman kerajaan Bangli, penduduk Desa Bayung Gede sering ditugaskan oleh raja Bangli untuk ikut berperang dan kegiatan lain di kerajaan. Karena Desa Bayung jauh Iokasinya dari pusat kerajaan, akhirnya oleh raja diberi tempat dilokasi Desa Adat Penglipuran yang sekarang, yang dibutuhkan oleh raja di setiap kegiatan di kerajaan. Semula disebutkan dalam prasasti, bahwa Desa Adat Penglipuran disebut “Kubu Bayung” yang berarti Pondok Bayung Gede. Lama kelamaan penduduk desa ini membangun desa di lingkungan ini dengan Kahyangan Tiga (tiga pura yaitu pura puseh, pura dalem dan pura desa/balai agung) dan pura lainnya (Dang Khayangan) dibangun mirip atau serupa dengan yang ada di Desa Bayung Gede oleh masyarakat hal ini dimaksudkan untuk mengingat pura yang ada di Desa Bayung Gede (Ngelingang Pura yang ada di Desa Bayung Gede).

Menurut penuturan para tokoh masyarakat, “Penglipuran” secara etimologi dijelaskan sebagai berikut.
a. Penglipuran berasal dan kata “pangeling” dan “pura” menjadi kata penglipuran berarti masyarakat penglipuran membangun pura seperti di Bayung Gede untuk mengingat pura di Bayung Gede dan mengingat leluhurnya
b. Penglipuran berasal dan kata “pelipur” dan “lara” menjadi penglipuran, berarti penglipuran menjadi tempat menghibur di kala duka (lara) di samping karena penduduk sering dapat menghibur saat raja menghadapi masalah.
c. Penglipuran berasal dan kata “pangleng” dan “pura” menjadi penglipuran berärti bahwa barang siapa ke penglipuran akan melewati pura di empat penjuru mata angin yaitu utara, timur, selatan dan barat, dengan kata lain bahwa penglipuran di kelilingi oleh pura-pura.